Selasa, 30 September 2014

17 Tahun Silam

17 Tahun silam, dimana aku terlahir di sebuah kota metropolitan. Kota yang bagus tapi tak sebagus dan seindah keadaanya. Hidup di antara orang - orang pribumi yang tersisihkan, itu tanah mereka, tapi mereka tersisihkan dengan para pendatang yang memiliki kekuasaan. Sekian hektar tanah tersebut di bangun menjadi perumahan mewah, pribumi yang miskin tentu tak bisa merasakan tinggal di atap tersebut bahkan aku. Entahlah kini kota tersebut telah seperti apa, hampir 10 tahun aku tak pernah menguunjungi mereka lagi.


Aku memang lupa dengan kotanya tapi tidak untuk kisahnya. Dulu aku punya penyakit, penyakit yang aneh. Sampai detik ini pun aku masih ingat walaupun sedikit samar. Saat itu aku belum sekolah, aku bahkan tak ingat umurku berapa saat sakit. Sakit itu berlangsung cukup lama, aku ingat bagaimana orang tuaku membawa ku berobat kesana kemari. Aku tak ingat untuk tempat mana saja yang aku datangi. Tapi, aku hanya ingat satu tempat dimana aku di bawa ke rumah seorang Haji yang letaknya sangat jauh. Aku ingat orang tersebut mengobatiku dengan benda semacam kayu manis. Aku juga ingat orang tuaku mengabadikannya dengan sebuah foto. Tapi, setelah kejadian itu aku tak ingat apa yang terjadi pada ku.

Suatu hari, aku melihat ayahku mengubur ayam kampung di depan rumah ku, iya menguburnya tepat didepan pintu rumah kami. Kemudian ia tutup dengan semen, aku tak mengerti apa yang ia lakukan. Tapi, aku yakin ia hanya ingin seorang putri nya sembuh.


Teman Kecil.

 Dulu aku hanya mempunyai satu teman kecil yang sangat dekat denganku. Sangat dekat, mengalahkan saudarakau. Namanya, Ali. Ia tak peduli dengan sakit yang aku alami, atau mungkin karna kami hanya seorang anak kecil yang masih polos. Mungkin karna kami polos, kami kerap kali bertengkar dalam hal sekecil apapun. Tapi, akhirnya kami kembali bersama lagi karna kami memang polos. Anak kecil memang tak tahu apa - apa, bahkan mereka masih belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Mereka tak pernah berpikir panjang dalam hal apapun, namun tanpa disadari apapun yang mereka lakukan, mereka selalu melakukannya dengan tulus dan apa adanya.

Dia teman kecil ku yang tidak baik namun juga tak jahat. Entahlah aku harus menyebut nya apa, tapi dia adalah temanku yang selalu ada seharian. Di dekat rumahku tak ada satupun anak perempuan, tetanggaku semuanya memiliki anak laki - laki hanya satu yang memiliki anak perempuan dan tentunya ia lebih tua dariku. Kami berbeda 5 tahun.

 

Kisah kecil.

Kini. kami tak pernah bertemu lagi semenjak aku pergi meninggalkan kota tersebut. Dulu, aku sangat tidak setuju untuk pindah ke rumah ku sekarang. Aku menangis sepanjang perjalanan, Tapi hal itu tak merubah keadaan. Ada sebuah kenang - kenangan yang tak bisa hilang sampai saat ini. Sebenernya aku sangat tidak suka, aku mempunya bekas luka di kepalaku. Hal yang sangat menjengkelkan, dulu Ali pernah memukul kepalaku memakai sendok hingga berbekas hingga kini, Siallll..., kejam sekali dia dulu, aku sudah tak ingat apa yang menyebabkan itu terjadi. Tapi, aku yakin dia memukulku karena kami memperdebatkan hal sepele. Kami memang selalu bersama, makan, main, bahkan mandi. Tapi, kami juga sering bertengkar terutama soal mainan. fiuhhhh.....,

Dulu dia orang yang sering mengajakku main saat jam tidur siang, entah kenapa untuk anak kecil seusiaku dulu, aku enggan sekali untuk tidur siang. Aku kerap kali kabur dari rumah, maka dari itu ibu sering mengunci aku dirumah. Meskipun ibu mengurungku aku tetap bisa kabur lewat jendela karena Ali mengajakku main. Dia memang bukan teman yang baik namun juga tak jahat. Kadang pula kami hanya bermain lewat jendela, aku di dalam dan Ali di luar. Anehnya walaupun hanya seperti itu, hal tersebut sangat menyenangkan. Tapi akan lebih menyenangkan lagi bila ibu tak mengunci pintunya. X_X.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar