17 Tahun Silam
17 Tahun
silam, dimana aku terlahir di sebuah kota metropolitan. Kota yang bagus
tapi tak sebagus dan seindah keadaanya. Hidup di antara orang - orang
pribumi yang tersisihkan, itu tanah mereka, tapi mereka tersisihkan
dengan para pendatang yang memiliki kekuasaan. Sekian hektar tanah
tersebut di bangun menjadi perumahan mewah, pribumi yang miskin tentu
tak bisa merasakan tinggal di atap tersebut bahkan aku. Entahlah kini
kota tersebut telah seperti apa, hampir 10 tahun aku tak pernah
menguunjungi mereka lagi.
Aku memang lupa dengan kotanya tapi tidak untuk kisahnya. Dulu
aku punya penyakit, penyakit yang aneh. Sampai detik ini pun aku masih
ingat walaupun sedikit samar. Saat itu aku belum sekolah, aku bahkan tak
ingat umurku berapa saat sakit. Sakit itu berlangsung cukup lama, aku
ingat bagaimana orang tuaku membawa ku berobat kesana kemari. Aku tak
ingat untuk tempat mana saja yang aku datangi. Tapi, aku hanya ingat
satu tempat dimana aku di bawa ke rumah seorang Haji yang letaknya
sangat jauh. Aku ingat orang tersebut mengobatiku dengan benda semacam
kayu manis. Aku juga ingat orang tuaku mengabadikannya dengan sebuah
foto. Tapi, setelah kejadian itu aku tak ingat apa yang terjadi pada ku.
Suatu
hari, aku melihat ayahku mengubur ayam kampung di depan rumah ku, iya
menguburnya tepat didepan pintu rumah kami. Kemudian ia tutup dengan
semen, aku tak mengerti apa yang ia lakukan. Tapi, aku yakin ia hanya
ingin seorang putri nya sembuh.
Teman Kecil.
Dulu
aku hanya mempunyai satu teman kecil yang sangat dekat denganku. Sangat
dekat, mengalahkan saudarakau. Namanya, Ali. Ia tak peduli dengan sakit
yang aku alami, atau mungkin karna kami hanya seorang anak kecil yang
masih polos. Mungkin karna kami polos, kami kerap kali bertengkar dalam
hal sekecil apapun. Tapi, akhirnya kami kembali bersama lagi karna kami
memang polos. Anak kecil memang tak tahu apa - apa, bahkan mereka masih
belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Mereka tak pernah
berpikir panjang dalam hal apapun, namun tanpa disadari apapun yang
mereka lakukan, mereka selalu melakukannya dengan tulus dan apa adanya.
Dia
teman kecil ku yang tidak baik namun juga tak jahat. Entahlah aku harus
menyebut nya apa, tapi dia adalah temanku yang selalu ada seharian. Di
dekat rumahku tak ada satupun anak perempuan, tetanggaku semuanya
memiliki anak laki - laki hanya satu yang memiliki anak perempuan dan
tentunya ia lebih tua dariku. Kami berbeda 5 tahun.
Kisah kecil.
Kini.
kami tak pernah bertemu lagi semenjak aku pergi meninggalkan kota
tersebut. Dulu, aku sangat tidak setuju untuk pindah ke rumah ku
sekarang. Aku menangis sepanjang perjalanan, Tapi hal itu tak merubah
keadaan. Ada sebuah kenang - kenangan yang tak bisa hilang sampai saat
ini. Sebenernya aku sangat tidak suka, aku mempunya bekas luka di
kepalaku. Hal yang sangat menjengkelkan, dulu Ali pernah memukul
kepalaku memakai sendok hingga berbekas hingga kini, Siallll..., kejam
sekali dia dulu, aku sudah tak ingat apa yang menyebabkan itu terjadi.
Tapi, aku yakin dia memukulku karena kami memperdebatkan hal sepele. Kami memang selalu bersama, makan, main, bahkan mandi. Tapi, kami juga sering bertengkar terutama soal mainan. fiuhhhh.....,
Dulu
dia orang yang sering mengajakku main saat jam tidur siang, entah
kenapa untuk anak kecil seusiaku dulu, aku enggan sekali untuk tidur
siang. Aku kerap kali kabur dari rumah, maka dari itu ibu sering
mengunci aku dirumah. Meskipun ibu mengurungku aku tetap bisa kabur
lewat jendela karena Ali mengajakku main. Dia memang bukan teman yang
baik namun juga tak jahat. Kadang pula kami hanya bermain lewat jendela,
aku di dalam dan Ali di luar. Anehnya walaupun hanya seperti itu, hal
tersebut sangat menyenangkan. Tapi akan lebih menyenangkan lagi bila ibu
tak mengunci pintunya. X_X.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar